Jakarta - Kandidat calon gubernur pertahanan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merasa perlu bicara dengan Teman Ahok untuk menentukan pilihan jalur politik. Padahal Ahok mengaku lebih suka jalur independen daripada jalur partai politik. Lalu apa lagi yang perlu dibicarakan bila Ahok sudah pasti ingin jalur independen?
Basuki Tahaja Purnama |
Ahok menyatakan pertemuan antara dirinya, Teman Ahok dan parpol-parpol pendukung bakal digelar dalam waktu dekat rencananya sebelum Hari Raya Idul Fitri. Meski begitu ternyata pertemuan-pertemuan informal sudah mereka gelar.
Teman Ahok menyatakan komunikasi dengan Ahok dan parpol-parpol sudah biasa dilakukan lewat telepon. Pertemuan fisik terkadang juga dilakukan.
"Sampai sekarang, kami hanya komunikasi via telepon dan colong-colongan (menyempatkan waktu) kalau ada acara buka bersama," kata salah satu pendiri Teman Ahok, Singgih Widyastono, kepada detikcom, Minggu (26/6/2016).
Soal pertemuan secara khusus membahas jalur politik untuk Ahok, hal itu belum juga dilakukan. Singgih menyatakan pertemuan dan komunikasi informal biasanya juga tak membahas hal-hal yang menukik. "Cuma obrolan biasa," ujar Singgih.
Kini ada tiga partai politik yang mendukung Ahok, yakni Partai NasDem, Partai Hanura, dan Partai Golkar. Sudah ada 24 kursi DPRD DKI yang mendukung Ahok, artinya Ahok sudah memenuhi syarat menjadi cagub jalur parpol.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi, menyatakan pertemuan informal sudah sering ditgelar antara pihaknya, Ahok, Teman Ahok, NasDem, dan Hanura.
"Pertemuan informal sudah sering diadakan. Pertemuan formalnya nanti dikabari," kata Fayakhun.
Namun demikian, Fayakhun tak terlalu jauh mengungkap isi pertemuan informal itu, apakah sudah ada kepastian pilihan jalur independen atau jalur parpol untuk Ahok?
"Pertemuan informal jalan terus. Ya tentu dengan tiga partai dan Teman Ahok. Hasilnya: baik-baik saja," kata Fayakhun sambil tersenyum.
Sebelumnya, Ahok menyatakan dirinya lebih memilih jalur independen daripada jalur partai politik. "Kalau saya pribadi, saya lebih suka independen. Jujur saja," kata Ahok kepada wartawan di Gedung DPRD DKI, Jl Kebon Sirih, Jakarta, Jumat (24/6) kemarin.
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto telah menyerahkan pilihan jalur politik kepada Ahok sendiri. Wiranto tak mempermasalahkan apakah Ahok memilih jalur independen atau jalur parpol.
"Ya bisa, aturan boleh independen boleh parpol. Terserah Ahok, mana yang terbaik," tegas Wiranto, Rabu (15/6) lalu.
Meski sedang mengkaji membentuk koalisi besar bersama Gerindra, PKB, PKS, dan PAN, namun PDIP tampaknya masih membuka pintu untuk Ahok. NasDem pun akan ikut mengusung Ahok jika ternyata ia mau kembali bekerja sama dengan PDIP untuk maju melalu jalur partai.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh juga tak terlalu berbeda. Ahok bisa memilih jalur manapun. Menurut Paloh, Ahok pernah menjawab ingin menempuh jalur yang 'berbeda'.
"Pasti. Ikut juga enggak ada masalah. Kenapa kita harus ngotot di jalur independen? Jadi kita kan bilang, 'Hok kamu mau pilih yang mana?'. '(Dijawab) saya boleh pilih jalur yang beda?' ya sudah jalan saja. Yang paling penting pilihan ada di Ahok. Dia mau menempatkan pilihan di jalur independen, silakan," tutur Paloh, Selasa (7/6) lalu.
Belakangan, memang Ahok seakan tak pasti soal pilihan jalur politik itu, terutama setelah tiga parpol menyatakan dukungannya. Ahok punya analogi, yakni jalur parpol diibaratkannya sebagai 'mobil mewah', dan jalur independen diibaratkan sebagai 'bus umum'.
Bahkan Ahok pernah menyatakan kesiapannya untuk diusung sebagai cagub dari parpol. Bila ini terjadi, Ahok benar-benar memilih 'mobil mewah' daripada memilih 'bus umum'.
"Kita mah siap saja selama partai bisa yakinkan Teman Ahok bahwa pasti calonkan saya, kita bisa ikut parpol," ucap Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (20/6) lampau.
Lalu apakah keinginan Ahok maju lewat jalur independen itu adalah sebuah kejujuran, ataukah retorika politik semata?
0 comments:
Post a Comment